Pernahkah Anda bermain dalam sebuah tim
futsal, tetapi yang ada malah seperti bermain sendirian? Berkali-kali minta
bola gak dikasih,
berkali-kali maju gak dapet bola. Atau yang
lebih nelangsanya lagi Anda harus naik turun lapangan hanya untuk mendapatkan
sedikit kesempatan membawa bola. Bosan dengan keadaan yang demikian? Itu
semestinya diakhiri, Anda jangan mau lagi sekedar jadi penonton di tengah
lapangan. Memangnya apa, wasit? Camera men? Atau
komentator?
Gak mau lagi. Sudah saatnya Anda mulai jadi seorang
pemain sesungguhnya.
Berbeda dengan olahraga macam golf, single tenis, bulutangkis, sampai
pencak silat, kesemua itu adalah olahraga tunggal yang berbeda 180 derajat
dibandingkan futsal. Futsal adalah permainan tim. Anda tak bisa memainkannya
seorang diri. Mesti ada empat orang lainnya agar pertandingan bisa dimainkan.
Dan empat orang plus Anda inilah yang mesti bekerja sama, atau lebih sulitnya
lagi mesti padu dalam urusan taktik dan skema permainan. Jika Anda bermain
futsal dalam sebuah tim dengan seorangcoach,
masalah tidak terlalu rumit. Anda atau rekan kebablasan bermain individu
sedikit saja, cepat atau lambat akan tersisih. Coach mengerti pentingnya kesatuan
tim, tanpa itu skema alias rencana memenangkan pertandingan tak akan berjalan.
Karenanya ia tak butuh pemain yang tak mau menjalankan rencana untuk menang. Ia
tak butuh pemain yang punya rencana sendiri untuk show
off.
Sekarang, bagaimana kalau Anda bermain dalam
tim tanpa pelatih? Yang sekedar hobi gitu atau sekedar main sama anak-anak
kampung, apa yang mesti dilakukan? Saya akan bilang wow,
saya kagum Anda bertahan sejauh ini. Kalau bukan karena bakat Anda yang besar,
bisa jadi karena kesabaran Anda yang super besar. Gimana
nggak, main futsal dengan teman-teman sendiri, atau temen-temen
kampung justru tingkat kesulitannya lebih besar daripada bermain dalam tim yang
terorganisir. Hei, ini bukan kritik
sosial atau yang semacamnya. Hanya saja dalam sebuah tim yang tak terorganisir,
kalau Anda berbakat besar, dan teman-teman mengakui itu, segalanya memang lebih
mudah. Seringkali mereka akan memberi Anda bola karena sungkan. Tapi itu kasus
yang jarang terjadi dalam tim penuh pemain berbakat yang tanpa seorang pelatih.
Masing-masing berbakat bisa tanpa sungkan bermain sendiri-sendiri menunjukkan
kemampuannya. Bisa frustasi. Sekarang apalagi yang masih tahap pemula, bisa
frustasi berkali-kali. Sangat saya rekomendasikan bagi pemula manapun yang
benar-benar tertarik dengan futsal, segera carilah tim yang ada pelatihnya.
Saya serius, karena jika tidak begitu Anda membuang banyak waktu pembelajaran
yang berharga.
Wah, saya cuma ingin ini sebagai hobi. Bukan yang serius seperti itu
kok?
Saya akan bilang, tetap saja. Anda main
futsal. Bukan main treadmill. Apa asyiknya
main bola kalau tidak menyentuh bola sama sekali, cuma berlari ke sana ke mari?
Hati-hatilah jika bertemu orang yang berkata seperti itu (termasuk Anda).
Futsal cuma buat cari-cari keringet.
Bisa jadi itu cuma alasan menutupi rasa malu kenapa main futsal tapi tak dapat
bola. Karena kalau beneran cari keringat, ia pasti aktif berolahraga yang lain.
Yang lebih jelas. Jogging misalnya? Bersepeda? Renang? Apapun selain main bola
tanpa bola.
Oooo..keeeee…… Lantas, saya harus gimana dong kalau suka
futsal, tapi gak punya pelatih, gak pengen jogging dan semacamnya, tapi ingin
dapat bola? Gedung yang baik itu yang ada tangga daruratnya. Untuk kasus
darurat siaga satu Anda yang terjebak bermain tanpa seorang pelatih,
langkah-langkah berikut bisa menyelamatkan Anda dari darurat frustasi bermain
futsal.
Jadilah yang pertama melakukan permainan
tim.
Jika tak ada pemain yang mau memulai
kerjasama tim, Anda jangan menyerah dan mengutuk tim ini. Ini tim Anda! Jadilah
yang pertama memulainya. Beri passing lebih banyak dari pemain
individualis lain. Mundurlah ke belakang di saat semua ingin jadi striker. Pressing lah lawan di saat yang lain
cuma duduk diam. Teruslah membuka opsi passing bagi rekan meski akhirnya dia
tembak sendiri. Apapun yang terjadi, jadilah yang pertama melakukannya.
Jangan menyerah bila ini membuat Anda seolah
tak terlihat di lapangan.
Salah satu hal yang biasanya diinginkan
seorang pemain individualis adalah menunjukkan kemampuannya. Ia ingin orang
melihat kemampuannya. Karenanya, ya, Anda beresiko tidak terlihat bila menjadi
seorang pemain tim. Penonton dan rekan-rekan tak akan sering melihat skill dribbling Anda, shooting yang keras, hingga kreativitas.
Hilang dong kesenangan bermainnya? Di titik saat Anda merasakan hal seperti
ini, jangan menyerah. Teruskan permainan tim yang Anda lakukan meski Anda
sendirian. Karena sesungguhnya Anda tengah mengincar sesuatu yang lebih berharga
daripada sekedar terlihat. Dalam kontribusi terhadap tim, Anda mengincar
kemenangan yang tak hanya dirasakan sendiri, tapi juga bersama tim..
Jadilah contoh dan bangun reputasi jangka
panjang.
Anda sudah memberi contoh, tapi bola masih
belum juga datang? Tenang kawan, ini bukan soal menuai hasil yang cepat. Karena
bila hasil cepat yang Anda inginkan, langkah yang saya bongkar satu per satu
ini tidak cocok untuk Anda. Silahkan memulai kembali berlari ke sana ke mari
mengejar bola sendiri. Anda bisa cepat dapat bola, tapi cepat kehilangan dan
nyarinya juga penuh kesulitan. Makanya ini bukan soal menuai hasil cepat,
dengan menjadi contoh pemain tim paling pertama yang memulai permainan tim
(coba ulang 10x kalo nggak belibet),
Anda tengah membangun reputasi jangka panjang. Reputasi Anda sebagai pemain
tim, yang dengannya para pemain berbakat menyadari bahwa Anda mudah diajak
bekerja sama. Mereka passing, Anda berikan one
two. Mereka lari, Anda berikan pass thru (terobosan). Mereka kosong
di depan gawang, Anda berikan assist. Bila reputasi ini
telah terbangun, siapakah yang paling pertama dicari pemain berbakat dalam tim?
Kalau saya sih jawabannya mudah, ya ke Anda. Andalah yang saya passing kalau ingin one-two. Andalah yang saya assistkalau shooting buntu. Dan Andalah pemain
pertama yang saya cari.
Perbaiki skill Anda sembari membangun reputasi.
Sambil perlahan memupuk benih reputasi Anda,
jangan hanya diam mengharapkan hasilnya. Akan percuma bila rekan menaruh
kepercayaan dan kita mengacaukannya dengan passing yang lemah, kontrol bola
yang buruk, atau postur tubuh yang terlalu menunduk hingga kesulitan mencari
teman. Tegakkan postur tubuh Anda, kalau dribbling jangan dorong bola terlalu
jauh. Cukup sekitar 30 cm saja atau sekitar satu setengah panjang sepatu Anda
ke depan, dekat dengan kaki, supaya saat dribbling Anda bisa dengan tenang
melihat sekitar karena mengetahui bolanya di dekat kaki Anda. Lalu perbaiki
teknik passing atau umpan. Jangan cuma skill dribbling yang diperbaiki, passing
lebih penting malah sehingga umpan yang Anda beri enak diterimanya, tidak
diserobot lawan, dan pas. Lalu terakhir latih kontrol bola Anda, salah satunya
dengan juggling. Kalau Anda mudah kelepasan bola saat diumpan, pemain yang
tidak egois sekalipun akan takut mengumpan Anda. Bisa bahaya.Karena itu imbangi
kerjasama dengan perbaikan kemampuan. Hal itu akan berbuah manis pada saatnya.
Semoga segera.
Mulai dari diri Anda, dan pimpin dengan
contoh. (sumber)
0 komentar:
Posting Komentar